JAKARTA – Pengusaha dan pegiat sosial, Putra Siregar, memberikan tanggapan terkait kontroversi yang muncul menyusul penayangan berita tentang pesantren di salah satu program stasiun televisi, Trans 7.
Kontroversi ini memicu pro dan kontra di tengah masyarakat dan kalangan santri.
Putra Siregar, yang dikenal memiliki kedekatan dengan berbagai pondok pesantren di Indonesia, mengambil sikap bijak dan mengedepankan evaluasi bersama.
“Alhamdulillah kita selama ini banyak membangun hubungan terhadap pondok-pondok pesantren. Rata-rata semua lini usaha saya, misalnya yang di Depok, terkaitan dengan pesantren Nurul Iman, yang di Surabaya, yang di Jogja, hampir di seluruh kota lah,” ungkap Putra Siregar.
Ia menjelaskan bahwa hubungan baik ini dibangun atas dasar keyakinan akan pentingnya doa para ulama dan santri.
“Kunci rezeki itu ya, pertama tentunya doa, minta didoakan dan mendoakan, lalu berikutnya juga silaturahmi. Jadi aku senang banget kalau ke Pondok Pesantren itu ya langsung silaturahmi ke banyak orang, ke ribuan orang. Dan tepat sasaran karena lagi menuntut ilmu,” tambahnya.
Menanggapi adanya pro dan kontra atas pemberitaan yang menayangkan sisi negatif dari salah satu pondok pesantren, Putra Siregar berharap isu ini dapat menjadi momentum untuk perbaikan.
“Mudah-mudahan ini jadi evaluasi ya, karena kan memang mungkin kita katakan enggak semua pondok pesantren juga ya. Mungkin ada pondok pesantren yang memang tidak sesuai seperti yang diberitakan Trans 7,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa pesantren memiliki peran vital bagi masa depan bangsa, dan tujuannya harus tetap lurus, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan untuk memperkaya diri.
“Pastinya pondok pesantren penting banget untuk negara kita, penting banget. Ya pasti harus saling menghormati, cuma ya bagus kan, namanya pro kontra sesuatu itu kan sama kayak kata Jack Ma, biggest of complain, itu kadang bisa besar dari complain,” jelas Putra Siregar, melihat kritik sebagai peluang besar.
Meskipun menyadari bahwa media berusaha memberikan yang terbaik, Putra Siregar mengakui bahwa kesalahan bisa saja terjadi, terutama dalam proses penyaringan atau Quality Control (QC) sebelum tayang. Namun, ia tidak ingin larut dalam polemik.
“Gimana ya, namanya apa ya, teman-teman atau rekan-rekan media ini kan berusaha sudah yang terbaik lah, baik di lapangan, informasi dan sebagainya, dan namanya manusia tempatnya salah kan. Kalau aku ambil hikmahnya gitu sih, enggak usah terlalu dipusingi, mari sama-sama berbenah, semoga semuanya lebih baik,” tutupnya.
