
Lisanmu harimaumu merupakan pribahasa yang bermakna untuk berhati-hati dalam berucap.
Pribahasa ini mengingatkan kepada kita untuk selalu menjaga lisan agar tidak berdampak buruk, baik bagi diri sendiri dan orang lain.
Lisan yang kotor dan kasar dapat memberikan luka membekas, yang sulit untuk disembuhkan. Sebuah pepatah mengatakan, “luka akibat perang
dapat sembuh, namun luka akibat ucapan sulit hilang”.
Di zaman sekarang, bisa kita temui berbagai konflik yang bermula karena tidak menjaga lisan. Seperti berbagai komentar negatif yang dilontarkan oleh netizen di berbagi postingan foto dan video di media sosial, renggangnya hubungan suami isteri bahkan sampai perceraian, dan sebagainya.
Oleh karena itu, islam mengajarkan kepada kita untuk selalu menjaga lisan agar selamat dunia dan akhirat.
Rasulullah SAW bersabda, “Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?”
Jawabku: “Iya, wahai Rasulullah.”
Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini”.
Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?”
Maka beliau bersabda, “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?” (HR. Tirmidzi: 2616)
Hadist ini memberikan penjelasan kepada kita, agar selalu menjaga lisan sebagai kunci keselamatan.
Rasulullah SAW dengan tegas memerintahkan bahwa apa yang kita ucapkan memiliki dampak yang besar, bahkan menjadi penyebab seseorang terjerumus ke dalam api neraka.
Berikut hikmah yang bisa kita ambil dari hadist ini:
1. Lisan merupakaan Amanah yang Besar.
Lisan kita merupakan anugerah terindah yang diberikan oleh Allah SWT yang harus dijaga dan digunakan dengan sebaik mungkin, yang dapat memberikan kebermanfaatan untuk diri sendiri dan orang lain. Bukan memberikan keburukan seperti perkataan dusta, fitnah, perkataan yang dapat menyakiti, dan sebagainya. Oleh karena itu, lisan merupakan Amanah yang harus dijaga.
2. Kendalikan ucapanmu. Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita bahwa seseorang dapat terjerumus kepada api neraka, karena ucapannya. Hal ini menunjukan betapa bahayanya jika ucapan kita tidak dikendalikan.
3. Lebih baik diam jika tidak bermanfaat. Diam menjadi solusi jika diamnya adalah untuk menjaga diri dari pembicaraan yang berbahu maksiat, seperti menjaga agar tidak membicarakan orang lain atau ghibah.
Rasulullah SAW pun bersabda,“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari: 6018 dan Muslim: 47)
4. Imanmu ditunjukan melalui apa yang kau ucapkan. Kualitas keimanan seseorang dapat ditunjukan melalui apa yang diucapkan. Jika ucapannya penuh dengan kebaikan seperti ucapan dzikir, doa, dan ucapan kebaikan lainnya, maka menjadi tanda ketaqwaan. Namun jika yang diucapkan sebaliknya, maka
menjadi tanda keimanan yang lemah.
5. Biasakan ucapkan perkataan baik dalam kehidupan sehari-hari. Hadist ini mengingatkan kepada kita untuk selalu berkata perkataan yang baik, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Seperti memberikan tidak komentar yang negatif, menyebarkan berita hoax ataupun berhati-hati dalam menggungah foto dan video. Karena apa yang kita lakukan dalam media sosial pun akan dimintai pertangggung jawaban.
Wahai saudara dan saudariku. Lisan memang anugerah terindah yang berikan oleh Allah SWT. Namun juga menjadi ujian yang begitu berat. Ucapan kita dapat memberikan kedamaian atau permusuhan, tergantung bagaimana kita mengendalikannya.
Ingatlah, apa yang kita lakukan termasuk apa yang kita ucapkan akan dimintai
pertanggungjawaban, baik di dunia dan di akhirat.
Semoga Allah SWT selalu memberikan kekuatan kepada kita agar dapat menjaga lisan. Sehingga menjadi sumber pahala dan kebaikan untuk sesama, bukan menjadi sumber dosa dan keburukan, aamiin.
Kesimpulan
Berhati-hatilah dengan apa yang kita ucapkan, karena lisan dapat menjadi harimau yang dapat menerkam balik pemiliknya.
Dengan menjaga lisan, maka selamatlah hidup kita, baik kehidupan dunia dan akhirat.
Dengan menjaga lisan, maka baiklah hubungan kita kepada sesama.
Jagalah lisan, kendalikan dengan bijak, dan diamlah jika tidak ada kebaikan yang bisa diucap.
Penulis: Cinta Dwi Cahyani